Translate

Tuesday, March 21, 2017

TIGA GOLONGAN INTERNIRAN (BAGIAN 1)

Sejumlah warga Belanda - Indo mengeluh karena terpisah dari keluarga mereka akibat dimasukkan ke dalam kamp interniran. Sebenarnya mereka tidak perlu mengeluh, pada zaman penjajahan Jepang banyak warga Belanda yang hidup dalam lingkungan interniran. Tetapi kemudian keturunan Belanda (kaum Indo) oleh Jepang disamakan kedudukannya sebagai pribumi dalam rangka menarik mereka untuk turut di dalam gerakan Kemakmuran Asia Timur Raya dan dimasukkan dalam Djawa Hookookai (Badan Kebangkitan Rakyat). 

Namun pada zaman penjajahan Jepang itu, orang-orang Belanda-Indo merasa lebih senang dianggap sebagai warga negara Belanda sepenuhnya dan ingin ikut repatriasi. Hal tersebut telah menciptakan masalah baru dengan kedatangan RAPWI yang membebaskan para penghuni kamp dan ikut sertanya NICA.

NICA ini kemudian dipersenjatai dan beroperasi di bawah organisasi AMACAB (Allied Military Administration Civil Affairs Branch). Perhatikan peristiwa yang terjadi di Sumatera (pada postingan : Situasi di Sumatera). Mereka mengeluh dan tidak mengerti mengapa Republik Indonesia bertindak dengan menginternir orang-orang Belanda.

Terdapat beberapa alasan mengenai hal tersebut :

Alasan pertama :
Revolusi sudah mulai berkecamuk, gejolak dan suasana anti-Belanda sudah menggejala di masyarakat Indonesia. Dalam ilmu psikologi ini dinamakan crowd behavior, karena menyangka bahwa orang Belanda akan mengembalikan kekuasaan kolonialnya di Indonesia sehingga timbul perasaan dan gerakan anti-Belanda.

Kebijakan untuk mengadakan kamp interniran dimaksudkan agar pemerintah dapat lebih efektif melindungi mereka sendiri (gefasseerde internering) seperti halnya yang dilakukan pada tentara Jepang di berbagai tempat. Sebagai contoh, tentara Jepang di Jawa Timur menjadi tahanan sukarela dan minta agar Tentara Kemanan Rakyat melindungi mereka. Contoh lain, seorang anggota militer Indonesia yang beristrikan wanita Belanda mempunyai seorang anak laki-laki juga merasa lebih aman kalau dilindungi. Dalam hal ini, anak dan keponakannya mengakui, bahwa "Demi keamanan, kamu harus dilindungi. Kalau tidak mungkin kami dibunuh". Keadaan pada akhir Oktober 1945 memang demikian halnya sehingga perlu didirikan kamp-kamp perlindungan.

. . . bersambung

No comments:

Post a Comment