Translate

Wednesday, June 10, 2015

PEMBOIKOTAN KAPAL-KAPAL BELANDA

Dengan inisiatif Partai Komunis Australia (ACP) dan pimpinan Komunis dari Serikat Buruh Perairan Australia, para buruh pelabuhan Australia pada 20 September 1945 di seluruh pelabuhan Australia melarang pemuatan ke atas semua kapal Belanda yang berlayar ke Hindia Belanda. WWF juga menjelaskan sifat politis dari tindakan ini.

Sebuah edaran yang dibuat oleh cabang WWF dari ACP yang disebarkan di dermaga Sydnet 24 September 1945 menyatakan bahwa :
"Empat kapal, yaitu Jepara, El Libertador, Generaal Verspijk dan Patras, yang sedang dimuat dengan suplai yang dibawa dari Inggris bagi tentara Belanda yang berperang melawan kemerdekaan rakyat Indonesia serta untuk membawa pemerintahan boneka Hindia Belanda ke Indonesia.. Pemuatan kapal-kapal ini jelas bertentangan dengan cita-cita demokrasi Gerakan Buruh Australia. Membantu Belanda dengan cara apapun berarti membantu ketamakkan imperialisme Belanda melawan demokrasi Indonesia."

Serikat Buruh Perairan Australia yang mempertahankan boikot atas pengapalan Belanda di Australia yang selama sekitar empat tahun merupakan kekuatan domestik utama yang berpengaruh atas bentuk hubungan resmi Australia dengan Indonesia pada masa sesudah perang.

Meskipun dalam masalah pemboikotan kapal-kapal Belanda itu, pemerintah Australia berusaha memberikan kesan seakan-akan tidak memihak, namun pemboikotan yang berkepanjangan atas pemuatan kapal-kapal Belanda ditafsirkan di luar negeri sebagai tanda bahwa pemerintah mendukung kemerdekaan Indonesia.

Pada hakikatnya berita pemboikotan kapal-kapal Belanda tersebut lebih vokal menyampaikan pesan ke seluruh dunia mengenai lahirnya Negara Indonesia Merdeka, dengan kesan yang jauh lebih meyakinkan dan menggemparkan daripada berita proklamsi itu sendiri yang disiarkan dari Jakarta melalui gelombang pendek.

Pemogokkan diprakarsai oleh pelaut-pelaut Indonesia yang meninggalkan enam kapal Belanda di pelabuhan Brisbane pada 24 September 1945. Aksi ini segera diikuti dengan sebuah keputusan WWF cabang Brisbane untuk memboikot keenam kapal tersebut. Pemogokan kemudian diambil alih oleh cabang-cabang WWF di Sydney dan Melbourne. Pada 26 September 1945, Dewan Federal memutuskan pemogokan menyeluruh terhadap semua kapal Belanda di pelabuhan-pelabuhan Australia.

Pemogokan umum terhadap kapal-kapal Belanda itu, di samping mempengaruhi pengangkutan serdadu dan alat perang, juga merusak rencana pemerintah Hindia Belanda dalam pengasingan. Kapal Belanda Van Heutz, yang dijadwalkan mengangkut pemerintah dalam pengasingan pulang ke Indonesia, terhambat oleh aksi pemogokan tersebut. Sama halnya dengan kapal Karsik, yang sudah memuat uang NICA untuk diedarkan di Indonesia. Uang itu akhirnya diangkut oleh kapal Australia, Bungaree, yang mencapai Tanjung Priok baru pada bulan Maret 1946.

Beberapa kapal lain tertahan di pelabuhan-pelabuhan Australia selama hampir enam bulan. Setiap keterlambatan pengangkutan para penguasa belanda dan alat-alat kekuasaannya untuk bercokol kembali di Indonesia sangat menguntungkan Republik. Tenggang waktu ketertundaan itu memberi kesempatan kepada Republik untuk bernafas dan melakukan konsolidasi di bidang politik, ekonomi dan militer.

No comments:

Post a Comment