Translate

Sunday, March 19, 2017

PERJANJIAN PENGANGKUTAN APWI ANTARA MARKAS BESAR TENTARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN INGGRIS (BAGIAN 1)

Jalur perhubungan Jakarta-Bandung harus melalui daerah kekuasaan Republik Indonesia. Pasukan Inggris (Brigade Mc. Donald) sejak 13 Oktober 1945 sudah menduduki Bandung. Jalan kereta api Jakarta - Cikampek - Purwakarta - Bandung, dan jalan kendaraan jalan darat Jakarta - Bogor - Puncak - Cianjur - Bandung adalah dua rute alternatif yang digunakan Sekutu. Lapangan udara Andir sudah dikuasai penuh oleh Inggris setelah diambil alih dari Jepang.

Angkutan perbekalan dengan kereta api dari Jakarta yang dikawal satu regu tentara Gurkha setibanya di Cikampek pada 21 November 1945 ditahan Batalion Priatna. Pengawalnya dilucuti dan ditawan. Dari 20 gerbong hanya satu saja yang diloloskan ke Bandung.

Pada 9 Desember 1945, Inggris mengerahkan konvoi kendaraan bermotor dengan pengawalan tank Stewart dan kendaraan berlapis baja lainnya. Di Bojongkokosan, 20 km sebelah utara Sukabumi, mereka dihadang oleh para pejuang Republik Indonesia sehingga terjadi pertempuran sengit yang membawa banyak korban. Komvoi terpaksa menginap di Sukabumi, untuk mengadakan konsolidasi dan keesokan harinya perjalanan dilanjutkan. Sejumlah kendaran mengalami kerusakan serta seorang Letnan Kolonel Inggris dan belasan prajurit tewas. Peristiwa ini sempat menggemparkan parlemen Inggris.

Karena peristiwa tersebut, Inggris kemudian meminta bantuan pihak Republik Indonesia untuk mengawal pengantaran perbekalan ke Bandung dengan alasan untuk kepentingan RAPWI. Tugas tersebut dibebankan kepada Akademi Militer Tangerang karena para tarunanya banyak yang dapat berbahasa Belanda dan Inggris guna memudahkan komunikasi dengan orang-orang Inggris.

Pada 11 Desember 1945, satu regu taruna terdiri dari 12 - 15 orang dipimpin oleh Mayor Daan Mogot mendapat tugas untuk mengawal kereta api dari Tangerang ke Jakarta Kota yang menggandeng gerbong perbekalan dan untuk selanjutnya menuju Bandung. Seorang taruna bernama Harjono  diberi pangkat Letnan Dua lokal bertugas sebagai perwira penghubung, sedangkan komandan regu di tunjuk Letnan Dua Siradz (Pembantu Instruktur). Persenjataan anggota regu berupa senapan Terni dan tiap orang dibekali 5 butir peluru.

Kereta api diberangkatkan menuju Bandung setelah dilakukan serah terima perbekalan oleh tentara Inggris kepada Indonesia di stasiun Jakarta Kota. Ketika tiba di Bekasi (front terdepan Republok Indonesia) para taruna itu dicurigai oleh Laskar Rakyat yang menguasai daerah tersebut sebagai kaki tangan Belanda. Mereka menahan Harjono, perwira penghubung, dan hampir dihukum mati. Namun, nasibnya masih beruntung. Salah seorang anggota Laskar Rakyat yang pernah menjadi teman kuliahnya di Sekolah Tinggi Kedokteran berhasil menyelamatkan nyawa Harjono.

Perjalanan kereta api ini kemudian dilanjutkan sampai di Cikampek. Di sini pun situasi serupa terulang lagi karena adanya kecurigaan dari pihak Tentara Keamanan Rakyat. Mayor Daan Mogot sendiri turun tangan langsung untuk mengadakan kontak dengan Markas Resimen VI sebagai upaya memperoleh jaminan keselamatan misi itu. Kemudian perjalanan diteruskan sampai ke Purwakarta, dan dari sini diadakan kontak dengan Markas Komandemen 1 Jawa Barat. Serah terima pun dilakukan dengan tentara Inggris. Perjalanan kembali dari Bandung dengan kereta api sampai ke Purwakarta memuat beras yang diurus oleh Kapten Taswin sebagai Perwira Logistik Resimen IV untuk menambah perbekalan di Tangerang.
Pada bulan Desember 1945 dilakukan pengawalan kedua kali, di bawah pimpinan Kemal Idris. Pada bulan Januari 1946 kembali lagi dilakukan pengawalan ketiga kali di bawah pimpinan Kapten Islam Salim. Namun, kali ini perjalanan hanya dapat berlangsung sampai Cimahi karena di kota Bandung telah berkobar pertempuran antara tentara Inggris dan para pejuang bersama Tentara Keamanan Rakyat, di mana jalur kereta api menjadi front yang membelah kota Bandung dari barat ke timur.

Para pengawal yang membawa perbekalan itu kembali ke Tangerang dan ketika tiba di tempat, para taruna ini menjjumpai asrama mereka telah kosong karena sebagian besar rekannya dikerahkan ke Lengkong untuk melucuti senjata tentara Jepang.

. . . bersambung

No comments:

Post a Comment