Berita tentang proklamasi kemerdekaan agak terlambat tersiar di pers dan media massa India, berhubung pers India dan media massanya kala itu banyak tergantung pada kantor-kantor berita yang dipengaruhi Sekutu. Setelah ada kepastian berita tentang proklamasi tersebut, para pelajar dan mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di berbagai universitas dan perguruan tinggi Islam di India segera mengadakan kontak satu sama lain dan memutuskan akan berkumpul di Ibukota India, New Delhi, untuk menentukan langkah selanjutnya dalam menghadapi suasana baru di tanah air.
Dalam pertemuan yang diadakan 10 Oktober 1945 hingga 17 Oktober 1945, mereka berhasil menentukan beberapa keputusan, diantaranya terbentuknya satu wadah perjuangan yang bernama Persatuan Putera Indonesia di India disingkat PPII. Tujuan pokok PPII membela negara proklamasi dengan mendesak pemimpin-pemimpin di India khususnya dan pemimpin-pemimpin dunia umumnya agar mengakui berdiri sahnya Republik Indonesia sebagai satu negara yang dilontarkan Belanda mengenai pemerintah dan pemimpin Republik Indonesia.
PPII selanjutnya membentuk Balai Penerangan (Indonesia Information Service) yang mulai berfungsi pada 9 Juni 1946. Di antara kegiatannya yang menonjol adalah menyediakan bahan-bahan yang diterbitkan dan disiarkan melalui buletin dalam bahasa Inggris dan bahasa Urdu untuk disampaikan kepada pers dan media massa secara luas. Bahan-bahan itu diperoleh dengan memonitor siaran Radio Republik Indonesia dan setelah diterjemahkan dalam bahasa Inggris diteruskan ke Perwakilan Republik di London dan New York dan dijadikan bahan siaran dan penerangan setempat.
Dengan demikian, Balai Penerangan PPII merupakan laboratorium yang berhasil mengeluarkan berbagai informasi, menerbitkan brosur-brosur dan buletin-buletin tentang Indonesia dan perjuangannya. Badan itu juga mempersiapkan himbauan, memorandum, nota, manifesto yang disampaikan kepada pemerintah dan parlemen India, Dewan Keamanan dan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa serta pemerintah-pemerintah penting di dunia. Kegiatan-kegiatan tersebut dibarengi dengan penerbitan informasi dalam bahasa Indonesia untuk kepentingan masyarakan Indonesia di anak benua India dan Timur Tengah, khususnya Arab Saudi.
Pada hakikatnya PPII telah menjalankan tugas perwakilan. Hal itu secara de facto diakui oleh pemerintah dan rakyat India. Usaha PPII itu mendapat dukungan penuh dari rakyat, organisasi, massa, partai politik dan perserikatan buruh. All-India National COngress, All-India Muslim League, Hindu Mahasaba, India Communist Party, Partai Sosialis dan All-India Trade Union mensponsori rapat raksasa yang diadakan PPII tahun 1946 di Bombay. Wakil-wakil mereka ikut bicara mendukung pemerintah dan kemerdekaan Republik Indonesia dan mengutuk pengembalian penjajahan di Indonesia. Sekali pun mereka pecah mengenai politik dalam negeri, mereka bersatu padu mendukung perjuangan Indonesia.
Dalam melancarkan perjuangannya di India PPII bekerja sama dengan Persatuan Pemuda Indonesia (PPI) yang anggotanya terdiri dari 700 orang pelaut Indonesia yang bekerja di kapal-kapal niaga Belanda. Mula-mula mereka mogok kerja di kapal-kapal Belanda itu dan turun ke darat di pelabuhan Bombay. Setelah bermusyawarah dengan pimpinan PPII, para pelaut Indonesia itu membentuk organisasi sendiri dan berjuang bahu membahu dengan PPII. Menjelang para pelaut Indonesia tersebut dipulangkan ke Indonesia, semua kekayaan mereka, termasuk buku-buku dan lain-lain diserahkan kepada PPII.
Ketika Delegasi Indonesia untuk Inter Asian Relations Conference datang di India, Wakil Menteri Penerangan Republik Indonesia, Abdulrahman Baswedan yang juga ikut serta dalam delegasi merestui dilanjutkannya usaha Balai Penerangan PPII dan untuk keperluan itu diberikan dana seperlunya. Dengan demikian Balai Penerangan diambil alih oleh pemerintah. Dengan tibanya Dr. Soedarsono, sebagai wakil resmi pemerintah Republik Indonesia, Indonesian Information Service ditempatkan sepenuhnya di bawahnya. Banyak dari mahasiswa yang berjuang dibawah PPII dipekerjakan oleh Indonesia Office di New Delhi. B.A Ubani, Maryunani, Mohammad Moe'in, dan lain-lain.
No comments:
Post a Comment