Translate

Thursday, March 19, 2015

KONTAK DENGAN SINGAPURA / MALAYA (. . . BAGIAN II)

... (lanjutan)

Sepanjang perjuangan kemerdekaan Indonesia, Belanda tidak pernah meninggalkan opsi militer dalam rangka mencari penyelesaian sengketa itu. Hal ini tidak luput dari perhitungan Indonesia dan oleh karena itu mereka mengirim misi-misi ke Singapura demi memperoleh persenjataan untuk keperluan angkatan bersenjata. Operasi-operasi mencari senjata itu tidak dihalang-halangi oleh pembesar Inggris, meskipun hal itu ditentang keras oleh Belanda. Untuk mencegahnya, Angkatan Laut Belanda mengadakan blokade laut. Blokade itu merupakan kendala besar bagi operasi misi-misi khusus Indonesia, di samping itu blokade tersebut sangat mengganggu hubungan antara Singapura / Malaya dengan Indonesia.

Meskipun demikian, kegiatan "penyelundupan" antara Singapura dan Indonesia terus berjalan. Tiga operasi penyelundupan senjata patut dicatat mengingat besarnya dan kelihaian pelaksanaannya. Operasi-operasi itu adalah sebagai berikut :
  1. Operasi Mariam Bee; upaya Angkatan Laut Indonesia dari Komando Angkatan Laut, Tegal, bulan September 1946 yang berhasil menyelundupkan dari Singapura 150 ton alat-alat perang cukup mempersenjatai satu batalion.
  2. Operasi Ali Daeng Prawiro; operasi Angkatan Darat dimulai tahun 1947 dari Cirebon, suatu proyek pembelian satu lusin atau lebih speedboat dari surplus Inggris.
  3. Operasi John Lie sejak bulan Agustus 1947; penyelundupan yang paling terkenal antara Singapura, Malaya, Thailand dan Sumatera dilakukan dengan mempergunakan speedboat bekas milik Angkatan Laut Inggris dan kemudian dijual sebagai surplus di bawah pimpinan Mayor John Lie dari Angkatan Laut Republik Indonesia.
Untungnya terhadao seluruh kegiatan-kegiatan itu seperti telah disebutkan diatas, pemerintah lokal merasa tidak perlu menghebohkannya, asalkan kegiatan tersebut membawa keuntungan bagi Singapura. Dalam kerangka situasi seperti inilah pemuda-pemuda Indonesia sepanjang tahun 1946 dan tahun 1947 berdatangan di Singapura, berangkat dari tempat-tempat di pantai Pulau Jawa dan Sumatera. Dengan dibekali sejumlah hasil bumi seperti kopi, karet, rempah-rempah dan gula pasir, mereka melintasi lautan menggunakan kapal-kapal tongkang. Pelayaran rata-rata makan waktu seminggu, tergantung pada cuaca dan gangguan patroli laut Belanda.

Sikap pemerintah Singapura terhadap masalah yang ada kaitannya dengan Indonesia mencerminkan sikap Sekutu (Inggris) di satu pihak tidak ingin menutup mata terhadap kewajiban dan di pihak lain tidak dapat mengabaikan kenyataan hidup yang dapat mempengaruhi hubungan bilateral antara jajahannya dengan negara peluang yang sepenuhnya dimanfaatkan oleh Indonesia dalam memperkuat barisannya terhadap ancaman Belanda.

Ketika meningkatnya kegiatan operasi Angkatan Laut Belanda sebagian besar dari perdagangan-perdagangan gelap itu mengalami gangguan, sehingga membawa akibat fatal terhadap kelancaran operasi kantor-kantor Republik Indonesia yang berada di wilayah koloni Inggris itu. Untuk mengatasi kendala tersebut harus diusahakan sumber alternatif lain, jika perlu menggunakan cara-cara yang tidak sesuai dengan ketentuan etika. Pembesar-pembesar pemerintah Indonesia dengan berat hati mengambil keputusan yang memprihatinkan, untuk menjual candu yang masih tersimpan oleh negara dan sebelumnya oleh pemerintah Belanda dan Jepang sebanyak 10 ton.

( . . . bersambung)

No comments:

Post a Comment