"Although most of Indonesia's post-revolutionary leaders espoused roughly the same political principles as did mosts leaders in the United States and the democracies of Western Europe, this did not entail a common international orientation. A conviction of paramount importance among Indonesian leaders was that their country should pursue an independent foreign policy tied to neither the American-Western European nor the Soviet power block, but that Indonesian should follow whatever course between them seemed best suited to their own interests and to what they conceived to be the interests of international peace. This strong desire for an autonomous international role stemmed primarily from Indonesia's own conditioning within the international community. In the first place, the outlook of the leaders was a reaction to their long history of colonial subjection; as in other recently freed ex-colonial countries there was great sensitiveness to any kind of international relationship that might be interpreted as subservience to an outside power. Secondly, Indonesians had been keenly disillusioned with both the United States and the Soviet Russia during the course of their revolutionary struggle; the policies od both of these powers toward Indonesia during the critical years 1946-1949 appeared to them to much more actuated by calculations of narrow self-interest than by the principle of self-determination for subject peoples."
Yang artinya :
"Meskipun kebanyakan pemimpin Indonesia pasca revolusi kurang lebih berpegang pada prinsip politik yang sama seperti halnya pemimpin di Amerika Serikat dan negara-negara Demokrasi Eropa, namun hal ini tidak mengakibatkan orientasi internasional yang sama. Satu keyakinan yang maha penting hidup dikalangan pemimpin Indonesia adalah bahwa negara mereka harus menjalankan politik luar negeri yang bebas tidak terikat kepada Amerika Serikat - Eropa Barat dan juga tidak kepada blok kekuatan Soviet, tetapi bahwa Indonesia harus mengikuti jalan apa saja di antara mereka yang kelihatan lebih cocok bagi kepentingan Indonesia dan apa saja yang dianggap menjadi kepentingan terbaik bagi perdamaian dunia. Keinginan ini yang begitu kuat untuk memainkan peranan internasional yang bebas timbul terutama dari keadaan Indonesia sendiri di dalam masyarakat internasional. Pada tempat pertama, pendirian pemimpin mereka itu merupakan reaksi terhadap sejarahnya yang panjang dari tekanan penjajahan; seperti halnya di negara-negara bekas jajahan yang baru merdeka di mana terdapat kepekaan yang besar terhadap semacam hubungan internasional yang dapat ditafsirkan sebagai ketergantungan terhadap negara luar. Kedua, bangsa Indonesia telah mengalami banyak kekecewaan dari Amerika Serikat dan Uni Soviet di masa periode perjuangan revolusi Republik Indonesia; kebijakan kedua kekuatan ini terhadap Indonesia di masa-masa kritis tahun 1946-1949, di mata pihak Indonesia nampaknya lebih banyak didorong oleh pertimbangan kepentingan pribadi yang picik dan bukan oleh prinsip menentukan nasib sendiri rakyat terjajah."
No comments:
Post a Comment