Translate

Saturday, June 6, 2015

KONFERENSI ASIA UNTUK INDONESIA (. . . BAGIAN 1)

India kembali muncul memberikan dukungan hebat kepada Republik Indonesia. Nehru atas saran Perdana Menteri U Nu dari Birma (Myanmar) mengadakan Konferensi Asia untuk Indonesia (Asian Conferense on Indonesia) yang dihadiri oleh wakil-wakil negara : Afghanistan, Australia, Burma (Myanmar), Ceylon (Sri Lanka), Mesir, Ethiopia, India, Iran, Iraq, Lebanon, Indonesia, Pakistan, Filipina, Saudi Arabia, Suriah dan Yaman. Dengan peninjau dari Cina, Nepal, Selandia Baru dan Thailand. Turki menolak hadir. Perlu dicatat kehadiran dua negara Afrika, Mesir dan Ethiopia. Wakil-wakil Republik Indonesia dari berbagai negara juga datang ke New Delhi, antara lain Mr. Utoyo Ramelan, Soemitro Djojohadikoesoemo, Haji Rasyidi, Idham dan lain-lain.

Tidak sedikit wartawan dari seluruh penjuru dunia datang berduyun-duyun ke New Delhi untuk meliput konferensi yang begitu penting. Baru pertama kali ini, negara-negara merdeka di Asia berkumpul untuk membela nasib satu negara merdeka baru di Asia yang diserang oleh negara bekas penjajahnya dan terancam kemerdekaannya.

Dalam pidato pembukaannya Perdana Menteri Nehru menguraikan maksud dan tujuan konferensi, yang secara khusus diadakan untuk membicarakan persoalan Indonesia dan untuk memberikan saran-saran kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa supaya perang di Indonesia dapat segera diakhiri sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dengan demikian kehadiran 19 utusan dari negara-negara Asia dan Australia dalam konferensi, sejalan dan seirama dengan ketentuan-ketentuan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Bukan didorong oleh rasa benci atau bermusuhan terhadap suatu negara atau kelompok negara tertentu.

Nehru berkata :
"Kita berkumpul karena kita sadar, bahwa kemerdekaan dan kebebasan bangsa serumpun Asia, Indonesia sedang menghadapi kolonialisme yang kembali menonjolkan kepalanya di sana, menentang segala usaha dan kekuatan yang berusaha menciptakan tata kehidupan baru di atas dunia sekarang ini. Tantangan itu jauh lebih berbahaya daripada apa yang dilihat dengan mata kepala, oleh karena tantangan itu terjadi di Asia yang baru bangun, yang sudah lama meringkuk di bawah berbagai bentuk penjajahan bangsa-bangsa lain pada masa yang lampau."

Lebih lanjut Nehru mengatakan bahwa,
"Bagi Asia, Perserikatan Bangsa-Bangsa menjadi lambang persatuan dunia, yang dicita-citakan oleh semua bangsa-bangsa yang memiliki cita-cita dan keinginan yang baik. Tetapi untuk bangsa-bangsa yang tidak menghendaki kerjasama yang baik antar semua bangsa, Perserikatan Bangsa-Bangsa merupakan badan penghalang yang harus disingkirkan. Mereka inilah yang mengejek, merendahkan dan mencemooh dasar-dasar perserikatan itu."

"Oleh sebab itu, kalau tantangan yang terjadi sekarang di Indonesia tidak mendapat jawaban yang tegas dan pasti, dapat diharapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama kejadian-kejadian yang serupa akan merusak ketenteraman bangsa-bangsa di Asia dan dengan demikian ketenteraman seluruh dunia. Sudah terlalu lama Asia menjadi bola permainan bangsa-bangsa lain, oleh sebab itu dia tidak akan mengizinkan siapa pun merusak dan menghalangi perkembangan yang sedang berlangsung di Asia."

Berbicara tentang keadaan dunia dewasa itu Nehru berkata :
"Pada suatu pihak terlihat dunia semakin terpecah-pecah yang senantiasa dicekam rasa takut terhadap Perang Dunia Ketiga. Dan pada lain pihak dapat dilihat dunia yang berusaha keras menciptakan dasar-dasar yang lebih kukuh untuk suatu kerja sama yang lebih harmonis, yang akan mempersatukan seluruh daya dan kemampuan bangsa-bangsa untuk mewujudkan cita-cita bersama." 

Dalam pidato pembukaannya itu Nehru dengan tegas mengutuk serangan Belanda terhadap Republik Indonesia dan menyebutnya sebagai suatu naked and unabashed aggression (suatu agresi terbuka tanpa malu). Ia menuntut "penghentian kegiatan militer Belanda, pembebasan pemimpin-pemimpin Republik Indonesia yang ditawan dan penyerahan kembali kekuasaan Republik Indonesia di daerah-daerah yang diduduki Belanda". Pembicara-pembicara lain semuanya juga berbicara dalam nada yang kurang lebih sama.

Konferensi memusatkan seluruh perhatian pada langkah-langkah apa yang dapat diambil Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk secepat mungkin menciptakan perdamaian di Indonesia. Konferensi sependapat untuk mendesak Dewan Keamanan yang berarti Perserikatan Bangsa-Bangsa, supaya mengambil tidakan yang tegas terhadap Belanda yang berusaha menghidupkan kembali kolonialisme yang sudah dianggap mati, dengan mengandalkan kekuatan militernya terhadap bangsa yang baru menyatakan diri merdeka.

... bersambung ke bagian 2

No comments:

Post a Comment