India ternyata menjadi sahabat Indonesia yang dapat diandalkan di saat Indonesia sangat membutuhkan bantuan. Ketika hubungan Indonesia-Belanda menjadi genting terutama dalam masa setelah kedua negara menghadapi jalan buntu sesudah penandatanganan Persetujuan Linggajati, Indonesia pertama melihat ke India. Mohammad Hatta yang waktu itu berada di Bukit Tinggi diminta Presiden Soekarno dan Soetan Sjahrir untuk diam-diam terbang ke New Delhi mencari dukungan pemerintah India, hal yang segera dilakukannya dengan menumpang pesawat pribadi B. Patnaik seorang industrialis dan dermawan India. Kunjungan Mohammad Hatta ke India itu penuh dengan segala macam resiko dan harus sangat dirahasiakan. Oleh karena itu Hatta berangkat sebagai co-pilot dengan nama samaran Abdullah.
Meminjam kata Mohammad Hatta :
"Bung Karno menerangkan kepada pilot Patnaik agar membawa aku kepada Nehru, membicarakan dengan Nehru apakah India dapat membantu Indonesia, sebab Belanda sedang bersiap-siap untuk menyerbu ke daerah Republik Indonesia, dengan mengadakan interpretasi lain terhadap persetujuan Linggajati."
"Tentu saja aku bersedia untuk pergi menemui sahabat lamaku Nehru, teman seperjuangan dulu di Brussel tahun 1927 dalam organisasi Liga menentang penjajahan dan untuk kemerdekaan nasional. Sesudah singgah semalam di Kuala Lumpur, tiga hari pula di Rangoon dan stop over di Kalkutta kira-kira jam sembilan malam rombongan sampai di New Delhi."
"Atas anjuran Dr. Sudarsono yang menjadi wakil Republik Indonesia di New Delhi, dari lapangan terbang kami langsung pergi ke Constitution Hall. Constitution Hall itu dibuat oleh tentara Amerika Serikat, waktu mereka dikirim ke India untuk ikut mempertahankan India terhadap Jepang. Setelah Perang Dunia II selesai mereka kembali ke Amerika dan gedung itu dipergunakan sementara oleh Pemerintah India yang baru lahir sebagai gedung tempat Pemerintah merencanakan dan membuat Undang-Undang Dasar mereka dan dinamakan Constitution Hall. Setelah Gedung Parlemen mereka selesai, mereka pindah ke sana dan Gedung Constitution Hall dipergunakan untuk gedung tempat menerima tamu-tamu."
"Pagi-pagi keesokan harinya menurut ukuran India jam 7 aku bangun dan terus mandi. Jam 8 pagi aku sudah mulai sarapan pagi, 8.30 aku sudah selesai... Aku menunggu Patnaik untuk membawa aku pergi ke rumah Nehru. Di waktu itu ia menempati sebuah rumah, yang mulanya tempat kediaman Panglima Tentara Inggris yang berkuasa di India... Waktu aku datang di India peralihan kekuasaan belum selesai. Nehru menjadi Perdana Menteri, tetapi angkatan perang belum selesai diserahkan sama sekali."
"Nehru tidak tahu aku sudah berada di India. Di waktu aku sampai dirumahnya, Patnaik memberitahukan bahwa ada seorang tamu dari Indonesia bernama Abdullah yang akan menyampaikan suatu pesan. Waktu Nehru keluar akan melihat aku, ia marah kepada Patnaik. Mohammad Hatta yang ada disini, mengapa kau katakan bahwa seorang Abdullah yang tidak terkenal."
"Nehru dan aku berpeluk-pelukan dan dimintanya aku tinggal di rumahnya. Aku menolak tinggal di rumahnya berhubung perjalananku dirahasiakan. Aku mengatakan, apabila aku tinggal dirumahnya sebentar saja orang sudah tahu dan rahasia itu sudah terbuka. Aku mengatakan, bahwa aku ingin membicarakan sesuatu hal uang penting bagi Indonesia dengan dia. Ia menjawab supaya aku kembali esok hari, sebab hari itu ia harus menghadiri sidang kabinet yang sudah ditentukan terlebih dahulu."
. . .bersambung ke bagian II.
No comments:
Post a Comment