Para pengganti Raden Wijaya ternyata merupakan raja-raja yang lemah sehingga sering terjadi kerusuhan dan pemberontakan. Dalam keadaan yang kacau itu muncullah tokoh Gajah Mada. Setelah beberapa pergantian raja, pemerintah Majapahit dipegang oleh Hayam Wuruk yang naik tahta pada tahun 1350. Gajah Mada dinaikkan kedudukan menjadi Patih dan di masa itu terkenal karena "Sumpah Patih Gajah Mada" atau "Sumpah Palapa", yaitu tekad untuk mempersatukan seluruh wilayah Kepulauan Nusantara.
Dalam pemerintahan Hayam Wuruk dengan Patih Gajah Mada, Kerajaan Majapahit mencapai puncak kebesarannya. Ke luar, Majapahit memelihara hubungan dengan Cina, Campa, Kamboja, Annam dan Siam (Thailand), sedangkan ke dalam wilayah Majapahit meliputi seluruh Kepulauan Nusantara.
Namun, seperti lazimnya, setelah Hayam Wuruk yang bergelar Sri Rajasanagara dan Gajah Mada meninggal dunia, terjadilah pertikaian antarkeluarga yang terbagi dalam dua bagian, yaitu "Kedaton Kulon" dan "Kedaton Wetan".
Perang saudara ini disebut dalam buku sejarah Dinasti Ming (1368-1643), karena Kaisar Ch'eng-tsu mengadakan hubungan diplomatik dengan Majapahit dengan mengirim utusan-utusan baik pada raja "bagian Timur", maupun pada raja "bagian Barat". Sumber Cina menyebut bahwa kerajaan Timur mengalami kekalahan dan kerajaannya dirusak. Tetapi pertentangan dan persengketeaan antarkeluarga berlarut-larut sehingga kerajaan semakin lemah.
Demak yang sudah merupakan kerajaan Islam, dalam pertentangan antarkeluarga, menyerang Majapahit dan menyebabkan keruntuhannya.
No comments:
Post a Comment