Perkembangan dan peranan Banten erat hubungannya dengan keadaan dan perkembangan wilayah Sunda (Jawa Barat), karena Banten merupakan bagian dari Sunda. Selain Banten terdapat banyak kerajaan lain di wilayah Sunda, yaitu Tarumanegara, Galuh, Kuningan, Sunda, Kawali dan Pajajaran. Dan di wilayah Sunda ada beberapa bandar atau pelabuhan yang ramai dikunjungi perahu dan kapal niaga asing (India, Cina) dan yang terkenal di antaranya adalah Banten dan Sunda Kelapa (sekarang Jakarta).
Ahli ilmu bumi Yunani purba, Claudius Ptolemaeus, dalam bukunya "Geographiké Hyphégésis" (Guide to Geography) selain menunjukkan jalan pelayaran ke Kepulauan Nusantara, juga khusus menyebut "kota Argyre" yang terletak di ujung barat Pulau Iabadiou. Iabadiou dapat disesuaikan dengan"Yawadwipa" dalam bahasa Sanskerta, yang menurut para sarjana yang dimaksud adalah Pulau Jawa. Argyre, yang berarti perak, diduga merupakan terjemahan dari Merak, kota pelabuhan yang memang terletak di pantai barat Pulau Jawa.
Banten yang berada di jalur pelayaran internasional, diperkirakan pada abad pertama Masehi sudah dikunjungi oleh bangsa India dan Cina. Dan pada abad ke-7 menjadi pelabuhan yang ramai dikunjungi pedagang-pedagang asing, seiring dengan meningkatnya volume perdagangan antara Barat dan Timur. Pedagang-pedagang dan mungkin mubaligh-mubaligh dari Arab, India dan Perlak (Aceh) singgah di Banten dan mengajarkan agama Islam.
Cepatnya penyebaran agama Islam menimbulkan kekhawatiran pada Raja Pajajaran, karena agama Hindu yang merupakan agama negara, semakin terdesak. Untuk menanggulangi bahaya itu, Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi, mengambil kebijakan sebagai berikut :
- Membatasi pedagang-pedagang yang beragama Islam mengunjungi pelabuhan-pelabuhan yang berada di bawah kekuasaan Pajajaran.
- Mengadakan hubungan persahabatan dan kerjasama dengan Portugis yang berkedudukan di Malaka, dengan maksud agar Portugis dapat membantu Pajajaran.
Perjanjian Sunda Pajajaran dengan Portugis terjadi pada tanggal 21 Agustus 1522, yang isinya adalah :
- Portugis dapat mendirikan benteng di pelabuhan Sunda Kelapa (tetapi dalam "Sejarah Nasional Indonesia" dikemukakan, bahwa walaupun sebelumnya telah ditetapkan loji Portugis akan dibangun di Banten, tetapi kenyataannya Portugis mendirikannya di Sunda Kelapa).
- Pihak Portugis bersedia membantu Pajajaran apabila diserang. (Kenyataannya bantuan yang dinantikan pihak Pajajaran tidak pernah datang pada saat yang diperlukan).
- Raja Pajajaran akan memberikan lada sebanyak yang diperlukan Portugis dalam penukaran barang-barang keperluan Pajajaran. (Buku "Sejarah Nasional Indonesia" menyatakan, bahwa sebagai imbalan, Portugis diberi hak untuk memperoleh 350 kuintal lada setiap tahun).
- Sebagai tanda persahabatan, Raja Pajajaran menghadiahkan 1.000 karung lada kepada Portugis.
Persetujuan Pajajaran-Portugis ditentang keras oleh Kerajaan Demak atas pertimbangan, bahwa penguasaan Portugis atas jalur pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka, sangat merugikan Demak, karena di Malaka hasil bumi Demak dipasarkan dan ditukarkan dengan barang keperluan rakyat Demak, Pembatasan terhadap pedagang-pedagang beragama Islam mengunjungi pelabuhan-pelabuhan Pajajaran juga menimbulkan reaksi keras di kalangan yang beragama Islam. Dengan bekerja sama dengan Cirebon, pasukan Demak dan Cirebon dalam tahun 1525 mengalahkan Pajajaran. Banten juga termasuk yang dikuasai Demak. Nama Sunda Kelapa diganti dengan Jayakarta yang berarti "kota yang menang".
Portugis di tahun 1527 berusaha kembali ke Jayakarta untuk mendirikan benteng, sesuai perjanjian dengan Pajajaran. Tetapi maksud Portugis ditolak Fatahillah, Adipati Sunda Kelapa. Perang meletus dan Portugis dikalahkan.
Pemindahan pusat pemerintahan dari pedalaman ke pesisir sangat menguntungkan, baik di bidang politik, maupun di bidang sosial-ekonomi, Dengan kepindahan itu hubungan dengan negara-negara lain di Jawa, Sumatera dan Malaka. Bandar Banten menjadi banda besar, tempat persinggahan utama perdagangan rempah-rempah dari Eropa dan Asia serta menjadi penghubung antara pedagang dari Arab, Parsi, India dan Cina sera sesama negara Nusantara.
No comments:
Post a Comment