Pada tahun 1498, berdasarkan Persetujuan Tordesillas, orang-orang Portugis dengan nahkoda Vasco da Gama menempuh pelayaran ke arah timur melalui Tanjung Harapan (Cape of Good Hope) akhirnya sampai ke Kalikut di India. Kemudian dengan dukungan armada yang kuar, Portugis berhasil menjadikan Goa sebagai pusat kekuasaannya dengan mendirikan pangkalan. Raja Portugal mengangkat Fransisco de Almeida sebagai Raja Muda (Viceroy) yang memerintah 1505 - 1509 dan kemudian Alfonso de Albuquerque (1509 - 1515). Dengan maksud mendapatkan monopoli perdagangan rempah-rempah, orang Portugis berusaha memperluas kekuasaannya dengan merrbut dan menduduki Malaka, supaya dapat menguasai Selat Malaka. Akibatnya sering terjadi pertempuran antara armada Portugal dan armada Aceh yang terkenal kuat. Dalam salah satu pertempuran dahsyat armada Aceh berhasil menghacurkan armada Portugis dengan menggunakan senjata rahasia. Raja Muda Alfonso de Albuquerque gugur dalam salah satu pertempuran itu.
Tahun 1515 suatu ekspedisi Portugis yang dipimpin oleh Antonio d'Abreu dikirim ke Kepulauan Maluku yang sudah terkenal karena pala dan cengkehnya. Sultan Ternate mengizinkan Portugis membangun loji yaitu benteng dan gudang-gudang di Ternate yang dijakikan pusat atau pangkalan perdagangan Portugis di Nusantara. Dari Ternate, Portugis terus melakukan ekspansi dengan membangun loji di beberapa pulau Maluku.
Di Maluku ini Portugis bertemu dengan bangsa Spanyol, sehingga dirasa perlu menentukan garis pemisah antara daerah pengaruh (sphere of influence) Portugis dan daerah pengaruh Spanyol, yaitu 170 derajat Bujur Timur. Di Ternate, Portugis mengangkat seorang Gubernur untuk wilayah Maluku.
Dalam usaha ekspansi juga Makassar (kini Ujung Pandang) diduduki Portugis dan kemudian menuju ke Pulau Jawa untuk mendirikan loji di Banten dan Sunda Kelapa (sekarang Jakarta). Tetapi disebabkan sikapnya yang tidak baik, loji-loji portugis diserang dan dihancurkan, antara lain di Sunda Kelapa oleh Fatahillah di tahun 1527. Orang Portugis melarikan diri ke Goa.
Kenyataannya, selama berada di Kepulauan Nusantara, bangsa Portugis tidak hanya berhasil mendirikan suatu empire. Kedudukan mereka pada hakikatnya merupakan usaha dagang yang didukung oleh kekuatan senjata dengan mendirikan benteng-benteng (loji). Portugal juga tidak berhasil menguasai Samudera Hindia, karena kapal-kapalnya tidak berarti dibanding dengan kapal-kapal Belanda. Sikap keras Portugis untuk memaksa penduduk di tempat-tempat yang dikuasainya beralih agamanya menjadi Nasrani, menimbulkan reaksi dan tantangan yang merugikan Portugis sendiri dan terlibat dalam peperangan yang tidak putus-putus dengan negara-negara setempat, khususnya dengan Bintang (Malaya) dan Aceh.
Akhirnya Portugis bertahan di Goa, Macao dan Timor Timur.
No comments:
Post a Comment